Potensi Dan Peningkatan Investasi Di Sektor
Pertanian Dalam Rangka Peningkatan Kontribusi Terhadap Perekonomian Di Provinsi
Bali. KTT Ketahanan Pangan Dunia yang diselenggarakan pada Bulan November 2009
menghasilkan komitmen untuk meningkatkan investasi di sektor pertanian dan
mengeliminasi masalah kelaparan lebih cepat dari yang ditargetkan semula, serta
untuk mengurangi kemiskinan dan ketahanan pangan untuk masyarakat. Selaras
dengan kebijakan otonomi, dalam rangka pengembangan investasi sektor pertanian,
maka setiap daerah diharapkan mampu menarik sebanyak mungkin investor yang
bersedia menanamkan modalnya untuk pengembangan daerah masing-masing.
Indonesia sebagai Negara agraris dan maritim,
sektor pertanian merupakan salah satu “penggerak utama” perekonomian Indonesia.
BPS (2011) antara lain menyebutkan bahwa pada tahun 2010 sektor ini menyumbang
15 persen terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia, menyerap 42 persen angkatan
kerja. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan dan bahan baku
industri serta berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dengan
demikian, sangat wajar apabila pemerintah menempatkan sektor ini menjadi salah
satu primadona dalam memacu pembangunan nasional. Masyarakat pertanian baik di
dalam maupun luar negeri diberi ruang dan kesempatan yang luas berperan serta
aktif guna mendorong laju pembangunan nasional.
Sesuai dengan KTT Ketahanan Pangan Dunia yang
diselenggarakan pada Bulan November 2009 menghasilkan komitmen untuk
meningkatkan investasi di sektor pertanian dan mengeliminasi masalah kelaparan
lebih cepat dari yang ditargetkan semula. Ada dua komitmen yang berkaitan
dengan investasi pertanian, yaitu: 1) mencegah kecenderungan menurunnya
pendanaan domestik dan asing untuk pertanian, ketahanan pangan dan pembangunan
pedesaan di negara berkembang dan meningkatkan bantuan publik secara
signifikan; dan 2) meningkat kan investasi baru untuk produksi dan
produktivitas pertanian di negara sedang berkembang untuk mengurangi kemiskinan
dan ketahanan pangan untuk masyarakat. Sektor pertanian memang menyimpan
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dan dapat menjadi sektor andalan
di Indonesia. Lahan Indonesia begitu luas tersebar dari sabang hingga merauke
serta memiliki tanah yang subur pula. Namun hingga saat ini sektor pertanian
belum bisa dimaksimalkan karena kurangnya investasi pada sektor ini sehingga
pembangunan pada sektor pertanian minim dilakukan.
Perlunya investasi pada sektor pertanian juga
dirasakan oleh Menteri Pertanian Suswono agar pembangunan di sektor pertanian
dapat dilakukan dan dimaksimalkan. Mentan Suswono mengakui jika dirinya pernah
datang ke Singapura untuk mengajukan kerja sama bisnis yang saling
menguntungkan antarkedua negara tersebut. Mentan mengajak para pengusaha di
Singapura untuk berinvestasi dalam bidang agribisnis terutama buah-buahan dan
sayur-sayuran di Indonesia. Investasi tersebut diharapkan dapat membangun
infrastruktur sektor pertanian agar mampu tumbuh dan berkembang serta mampu
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Sebenarnya kerja sama Indonesia
dengan Singapura dalam bentuk kelompok kerja agribisnis telah dimulai pada
tahun 2010 silam dengan tujuan untuk mengakselerasi ekspor buah buahan dan
sayuran dari Indonesia ke Singapura. Hal itu juga yang menjadi dasar
pertimbangan utama dalam mengembalikan tingkat ekspor Indonesia sebagai pemasok
utama kebutuhan buah-buahan dan sayuran dari Indonesia ke Singapura pada era
80-an. Untuk itu Mentan mengatakan jika diperlukan upaya-upaya yang ekstra agar
implementasi dari kelompok kerja itu dapat segera menguntungkan kedua belah
pihak, karena selama ini implementasi dari pembentukan kelompok kerja
agribisnis itu belum terlihat. Potensi dari bidang agribisnis di Indonesia
sangat besar karena masih banyak yang belum bisa dimanfaatkan secara maksimal,
oleh karena itu peluang investasi pada bidang agribisnis sangat besar. Mentan
menjelaskan jika peluang itu tidak harus on farm (di lahan pertanian) namun
juga terdapat peluang investasi di sektor-sektor penfukung pertanian seperti
perbankan, alat-alat dan mesin pertanian serta riset dan pengembangan. Semua
itu masih membutuhkan investasi agar mendorong perkembangan bidang agribisnis
di Indonesia. Peluang dari industri pengolahan pertanian juga tergolong sangat
menjanjikan karena peluang tersebut terdapat pada sektor hulu dan hilirnya.
Pada sektor hulu bisa dilakukan investasi untuk produksi benih, pestisida,
pupuk, makanan hewan, vaksin dan obat-obatan hewan. Untuk sektor hilirnya
peluang investasi sangat terbuka lebar di pengolahan produk pertanian dan
perkebunan. Indonesia banyak memiliki sumber produksi bahan baku pertanian
yaitu lebih dari 50 persen dari bahan baku itu diekspor dalam bentuk mentah
seperti cokelat, minyak kelapa sawit, jagung serta buah-buahan. Pemerintah
telah mencanangkan program untuk dapat swasembada pangan pada tahun ini, oleh
karena itu perlu dilakukan investasi untuk melakukan pembangunan sektor
pertanian berupa pembangunan infrastruktur maupun Bank yang dikhususkan untuk
sektor pertanian. Petingnya memperkuat sektor pertanian karena pada tahun depan
akan berlaku kebijakan masyarakat ekonomia ASEAN yang membuka lebar
produk-produk luar negeri untuk membanjiri Indonesia, namun begitu pula
sebaliknya. Tentu Indonesia harus bisa memanfaatkan kondisi ini agar mampu
berperan sebagai penyuplai hasil pertanian ke berbagai negara di ASEAN bukan
malah sebaliknya. Pemerintah juga penting untuk memperhatikan kesejahteraan
para petani dengan melakukan pengawasan terhadap harga jual produksi para
petani agar bisa bersaing dengan produk lain dari luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar